Destiny of Us Chapter 10

Posted by cloverqua, Released on

Option
"Huks ... huks ... Mama ...."

"Cup, cup. Tania berhenti menangis, ya? Mama tidak apa-apa, Sayang. Mama hanya kelelahan."

"Huks ... benalkah, Papa?"

"Tentu saja. Papa tidak pernah berbohong pada Tania 'kan? Lihat, Papa sudah menjemput Mama pulang. Apa Tania senang, hm?"

"Eung! Tania senang sekali! Telima kasih, Papa!"

Percakapan itu terdengar oleh Keysa yang perlahan membuka matanya, usai tak sadarkan diri selama hampir 30 menit. Lenguhan kecil keluar dari bibir mungilnya yang kini bergerak-gerak lucu, disusul matanya mulai terbuka secara sempurna.

"Mama!"

Teriakan khas yang melengking itu sukses menyentak kesadaran Keysa. Ia refleks terbangun, tetapi dikejutkan dengan sesuatu yang menerjang tubuhnya hingga terpaksa harus kembali berbaring.

"Mama!"

Keysa merasa lehernya seperti tercekik. Tak ada perlawanan berarti yang ditunjukkan Keysa. Dia masih syok dengan keberadaan anak perempuan yang terus memanggilnya 'Mama' dan memeluknya dengan sangat erat. Seolah tidak ingin Keysa pergi barang sedetik pun.

"Mama." Sepasang mata yang mirip dengan Rafael itu menatap Keysa dengan penuh kekhawatiran. "Apa Mama sakit?"

Rafael menghela napas melihat Keysa tetap diam membisu. Gadis itu sama sekali tidak memberikan respon untuk Tania yang kini tengah duduk di pangkuannya.

"Tania keluar sebentar, ya? Papa perlu bicara sama Mama," bujuk Rafael. Ia mengabaikan tatapan penuh menuntut dari sorot mata Keysa, lantaran lebih memilih fokus pada si kecil yang sekarang tengah menggelengkan kepala.

"Tidak mau! Tania mau di sini sama Mama!" balas Tania dengan bibir mencebik imut.

"Tentu saja boleh." Rafael mengusap lembut kepala Tania. "Tapi nanti, ya. Sekarang biar Mama istirahat dulu. Oke?"

Tania terdiam dan wajahnya tampak ragu. Ia terus memandangi Keysa yang sedari tadi hanya menyimak obrolan mereka. Keysa tampak enggan untuk ikut bergabung karena beragam pertanyaan memenuhi kepalanya.

Siapa anak perempuan yang bernama Tania ini?

Ada hubungan apa dengan Rafael?

Apakah Rafael sudah pernah menikah sebelumnya?

Tania anak kandung atau anak angkat?

Setiap kali memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu, kepala Keysa serasa mau meledak.

"Tapi janji setelah ini Mama tidak akan pelgi lagi?" pinta Tania sembari memasang sorot mata layaknya kitty.

Keysa merasa ada sengatan listrik yang menjalar di sekujur tubuh. Ia merasa bercermin kala melihat bagaimana Tania memohon kepadanya. Tanpa sadar Keysa mengangguki permintaan Tania dan membuat anak itu memekik kegirangan.

"Tania sayang Mama!"

Tanpa canggung Tania mencium pipi Keysa. Jemari lentik Keysa masih memegangi pipinya yang baru saja mendapat kecupan manis dari Tania.

Anak itu bersiap turun dari ranjang sebelum suara bass menghentikan gerak-geriknya.

"Papa belum."

Tania menoleh kemudian terkikik geli melihat wajah merajuk Rafael. Ia mendekati Rafael, lantas mencium pipinya. Sama seperti yang baru saja dia lakukan terhadap Keysa.

"Tania sayang Papa!"

"Papa juga sayang sama Tania." Rafael tersenyum dan balas mencium kening Tania. Si kecil tertawa bahagia kemudian turun dari ranjang dan berlari keluar kamar. Meninggalkan dua orang dewasa yang kini masih terdiam satu sama lain.

"Kamu baik-baik saja?" Satu pertanyaan lolos dari bibir Rafael, memecah keheningan di kamar sejak kepergian Tania.

Keysa belum menjawab. Ekspresi datar masih setia menghiasi wajahnya.

Sikap diam Keysa membuat Rafael mendesah frustrasi. "Katakan saja apa yang ingin kamu tanyakan. Aku akan menjawabnya," kata Rafael membujuk Keysa.

"Apa dia putrimu?"

Rafael sedikit terkejut mendengar pertanyaan Keysa yang terkesan frontal. Namun, dia memaklumi dan tidak melakukan protes atas reaksi ketus Keysa. Rafael harus memberikan penjelasan pada istrinya.

Penjelasan terkait rahasia Rafael yang selama ini disembunyikan dari publik.

"Kamu benar, Tania adalah putriku." Rafael melirik Keysa sekilas. "Putri kandungku."

Sesaat hati Keysa terasa nyeri mendengar pengakuan Rafael. Ia semula mengharapkan jawaban putri angkat. Siapa sangka, Rafael justru mengakui bahwa Tania adalah putri kandungnya.

"Jadi, sebelumnya kamu sudah pernah menikah?" tanya Keysa dengan suara bergetar menahan tangis.

Rafael menggeleng. "Pernikahan dengan kamu adalah pernikahan pertamaku."

Alis Keysa tertaut. Ia mencoba memahami jawaban Rafael dan seketika tercengang.

"Maksud kamu ... dia terlahir karena 'kecelakaan'?" tebak Keysa hati-hati. Khawatir pertanyaan ini akan menyinggung perasaan Rafael.

"Setiap orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya." Rafael tersenyum tipis. "Aku mengaku, Tania ada karena 'kecelakaan'. Akan tetapi, aku tidak pernah menyesali kelahirannya. Tania adalah putri yang sangat berharga bagiku."

Keysa sudah mempersiapkan hati untuk jawaban itu. Namun, realita tidak seindah yang dia bayangkan. Keysa tetap merasakan pilu di hatinya setelah mengetahui rahasia besar yang disembunyikan Rafael.

"Siapa ibu kandung Tania?" tanya Keysa lagi. Kali ini, suaranya terdengar lirih.

Bukan perkara mudah bagi Keysa untuk siap menerima kebenaran tentang Rafael. Akan tetapi, dia tidak mempunyai pilihan lain. Statusnya sekarang adalah istri Rafael. Sekalipun pernikahan mereka dilandasi perjanjian, Keysa tetap berhak menuntut Rafael untuk bersikap terbuka padanya.

Di luar perkiraan, Keysa mendapati perubahan ekspresi Rafael yang jauh dari kata baik. Rahang pria itu mengeras, seiring sinar mata cerah yang kini berganti menjadi kilatan api kemarahan.

"Aku tidak tahu."

Mata Keysa membelalak lebar. "Kamu tidak tahu?" tanyanya tidak percaya.

Rafael berusaha mengontrol emosinya yang menggelegak. Ia melirik Keysa yang tampak kalut. Gadis itu tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya yang mendalam.

"Kak Rafael, kamu harus menceritakan semuanya padaku," tuntut Keysa dengan mata berkaca-kaca. "Jujur saja, rahasia tentang Tania benar-benar pukulan telak bagiku. Sebelumnya, pernikahan kita didasari perjanjian antara kamu dan Papa. Sekarang, masa lalumu dan Tania. Aku—"

"Perjanjian itu hanya kamuflase saja." Rafael memotong ucapan Keysa dengan sorot mata sendu. "Sejujurnya, aku bersi keras menikahi putri dari keluarga Gunawan karena membutuhkan sosok ibu untuk Tania."

Keysa tertegung. "Sosok ibu untuk Tania?"

"Aku akan menceritakan semuanya." Rafael menarik napas panjang-panjang. "Kronologi 'kecelakaan' itu bisa terjadi sampai Tania ada di sini."

Keysa mengangguk dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Waktu itu, aku pergi ke kelab malam bersama Candra, Friska, dan teman-teman semasa kuliah kami untuk merayakan pesta kelulusan kami. Aku tidak tahu bagaimana akhirnya bisa terbujuk salah satu temanku untuk meneguk minuman beralkohol. Setelah itu, aku mabuk berat."

Mata Rafael kembali terpejam. Kontras dengan Keysa yang terlihat semakin penasaran. Ia tidak sabar ingin segera mendengar kelanjutan cerita masa lalu Rafael.

"Saat aku bangun, aku mendapati kondisiku tanpa busana di sebuah kamar hotel." Rafael menunduk. "Aku tidak bisa mengingat kejadian apapun setelah menghabiskan minuman beralkohol itu."

Keysa merasakan jantungnya berdetak semakin cepat.

"Kejadian malam itu hanya diketahui Candra dan Friska. Setelah pulang ke rumah, aku bercerita pada mereka bahwa kemungkinan besar aku telah merenggut keperawanan seorang gadis." Rafael tersenyum getir. "Aku ingat, ada bercak darah pada sprei kamar hotel itu."

Cengkeraman tangan Keysa pada sprei yang membalut tubuhnya semakin erat. Ia tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit membayangkan kesalahan fatal yang pernah dilakukan Rafael di masa lalu.

"Aku mencoba tetap tenang dan berpikir positif. Berharap tidak akan terjadi apa-apa setelah malam itu. Tapi, setiap hari aku terus dihantui perasaan bersalah pada gadis itu." Rafael mendesah frustrasi. "Hingga satu tahun setelah malam itu, aku mendapat kejutan besar."

Keysa menundukkan kepalanya. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang terlihat muram. Fakta bahwa suaminya pernah tidur bersama perempuan lain jelas sangat menyakitkan.

"Orang tuaku menemukan Tania yang kala itu baru berusia sekitar tiga bulan, di dalam sebuah keranjang yang diletakkan tepat di depan pintu rumah kami. Mereka juga menemukan secarik kertas yang menyatakan bahwa Tania adalah putri kandungku."

"Papa dan Mama langsung percaya?"

Rafael menggeleng. "Tentu saja tidak. Mereka menganggap ini sebuah lelucon."

Keysa tercenung. "Lalu?"

"Saat itu juga, aku teringat lagi pada gadis itu. Aku nekat melakukan tes DNA." Rafael mendongak sebentar. "Pada akhirnya, hasil tes menunjukkan bahwa Tania adalah putri kandungku."

Wajah Rafael terlihat penuh penyesalan.

"Orang tuaku marah besar. Mereka terus menanyaiku siapa ibu kandung Tania. Tapi, aku tidak bisa menjawabnya karena sama sekali tidak tahu identitas gadis itu. Aku bahkan tidak bisa mengingat dengan jelas bagaimana rupanya," lanjut Rafael sambil mengusap wajahnya kasar.

"Kakak, kau sudah melakukan kesalahan besar." Keysa berusaha menahan air matanya. Ia memang kecewa pada Rafael, tetapi di sisi lain juga iba terhadap kehidupan masa lalu pria ini. "Tapi, aku salut padamu. Kau bersedia membesarkan Tania."

Rafael tersenyum mendengar pujian Keysa. "Waktu itu adalah masa yang paling berat dalam hidupku. Aku melakukan kesalahan besar dan mencoreng nama keluargaku. Tapi, aku mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Aku menerima Tania sebagai putriku dan berjanji akan merawatnya dengan tanganku sendiri."

Kali ini Keysa mendapati sorot mata Rafael yang tiba-tiba berubah marah.

"Gadis itu sudah menyerahkan Tania padaku. Itu artinya, dia tidak menginginkan putri kami."

"Apa maksudmu, Kak?" tanya Keysa bingung.

"Aku tidak akan mengizinkan gadis itu menemui putriku," jawab Rafael dengan mata berkilat tajam.

"Jika dia tiba-tiba datang menemui Tania?" Keysa bertanya lagi. "Walau bagaimanapun, dia tetap ibu kandung Tania. Kak"

"Aku tidak peduli." Rafael menatap wajah Keysa lamat-lamat. "Mulai sekarang, ibu Tania adalah kamu, Keysa."

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset